Teks Khutbah Jumat 5 Juli 2024: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam

Ilustrasi tahun baru Islam (Sharonang/Pixabay)

HALOJABAR.COM- Berikut ini merupakan teks khutbah Jumat 5 Juli 2024 yang bisa dibacakan oleh para khatib pada pelaksanaan salat Jumat hari ini. Teks khutbah Jumat 5 Juli 2024 akan membahas mengenai “Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam”.

Peralihan tahun merupakan keniscayaan sehingga tugas kita selanjutnya adalah bagaimana cara memandangnya: apakah hanya sekedar rutinitas tahunan atau dijadikan momen evaluasi atas seluruh prilaku selama setahun?

Teks Khutbah Jumat 5 Juli 2024: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam

Melansir dari laman NU Online, berikut ini teks khutbah Jumat 5 Juli 2024 tentang Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam.

Khutbah I

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah.

Kita patut bersyukur atas segala anugerah yang diberikan Allah kepada kita, khususnya anugerah iman dan Islam yang tertancap di dalam hati kita sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini.

Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan bagi Nabi Besar Muhammad saw dan bagi keluarga serta para sahabatnya yang telah kompak dalam memperjuangkan agama ini.

Selain itu, tidak bosan-bosannya khatib mengingatkan agar kita meningkatkan kualitas ketakwaan kita. Hal ini penting dilakukan mengingat anugerah Allah yang sangat melimpah sehingga sebagai bentuk berterima kasih kita diwujudkan dengan menambah kualitas ketakwaan terhadap-Nya.

Kualitas takwa di sini tidak mesti diimplementasikan dengan menambah jumlah ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya.

Bahkan lebih prinsip dari itu, kualitas takwa di sini bermakna bagaimana menjadikan aktivitas sehari-hari sebagai nilai ibadah yang murni mengharapkan ridha Allah swt.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..

Di antara cara lain yang juga termasuk meningkatkan kualitas ketakwaan adalah dengan muhasabah atau mengevaluasi diri atas prilaku dan sikap yang telah dilakukan selama ini.

Terlebih dalam waktu dekat ini kita akan menyambut tahun baru Islam, maka sudah tepat kiranya kita melakukan aktivitas muhasabah ini.

Secara historis, berdasarkan pendapat yang paling populer, penetapan kalender Islam merupakan kebijakan Khalifah Sayyiduna Umar bin Khattab dengan hitungan awalnya dimulai sejak hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah.

Oleh karenanya dinamai dengan kalender atau tahun Hijriah. Adapun jumlah bulannya kebetulan sama dengan tahun Masehi, yaitu 12 bulan, dan ini selaras dengan firman Allah:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ…..

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi ….” (QS. Al-Taubah: 36).

Ibnu ‘Asyur di dalam kitab tafsirnya, al-Tahrir wa al-Tanwir juz 10 halaman 180 – 181 mengatakan bahwa maksud kata ‘syuhur’ di sini adalah bulan-bulan Qamariyah, yaitu hitungan waktu berdasarkan peredaran bulan, bukan matahari.

Bulan Qamariyah ini menjadi lebih dulu ketenarannya dalam penetapan waktu karena dinilai memudahkan untuk menentukan waktu-waktu kejadian dan momen-momen sejarah masa lalu.

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam kalender Qamariyah, dan hari ini kita sudah memasuki penghujung bulan ini.

Dengan demikian, dalam waktu dekat, sebelum pergantian tahun marilah kita merenungkan atas apa saja yang telah kita lakukan selama satu tahun, entah perbuatan baik maupun perbuatan buruk.

Perbuatan baik perlu direnungkan juga demi memastikan kalau perbuatan tersebut tidak ada unsur lain yang dapat menciderainya.

Dengan kata lain, ibadah yang kita lakukan, baik ibadah individual maupun sosial ditujukan untuk mendapatkan ridha Allah swt. Tidak ada tujuan lain yang terselip dalam setiap perbuatan baik yang sudah dilakukan selama satu tahun kemarin.

Selain itu, perbuatan baik juga perlu dimuhasabah agar pada masa yang akan datang dapat dikembangkan lebih baik lagi. Sebab jika monoton begitu saja, maka ibadah kita akan stagnan.

Artinya, ibadah kita tidak bertambah dalam kualitas maupun kuantitas. Padahal Nabi pernah mengingatkan melalui sabdanya yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi di dalam kitab Sunan-nya:

أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ، قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، قَالَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Artinya: “Sesungguhnya ada seseorang yang bertanya: “wahai Rasulullah, siapakah manusia paling baik?”, Nabi menjawab: “Orang yang panjang usianya dan bagus perbuatannya.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapakah manusia paling buruk?”, Nabi menjawab: “Orang yang panjang usianya dan buruk perbuatannya.” (HR. Al-Tirmidzi).

Syekh al-Mubarakfuri saat mensyarahi hadits ini, mengutip perkataan al-Thibi, mengatakan bahwa seluruh waktu dan masa mirip seperti modal bagi seorang pedagang yang dikelola untuk mendapatkan keuntungan.

Semakin besar modalnya, maka keuntungannya juga semakin besar. Begitu pula dengan orang yang memanfaatkan usianya dengan memperbanyak amal kebaikan maka telah beruntung dan berhasil.

Dan barang siapa yang menyia-nyiakan modalnya maka tidak akan beruntung bahkan mengalami kerugian yang nyata.

Mengapa demikian? Karena kita dianugerahi panjang usia, dikaruniai kesempatan melanjutkan kehidupan, serta diberi waktu yang misteri batasnya, namun malah tidak memanfaatkannya seoptimal mungkin dengan meningkatkan kualitas ketakwaan.

Kita merasa cukup dengan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan sehingga merasa tidak perlu lagi menaikkan levelnya. Di sinilah letak kerugian kita.

Seyogyanya kita tidak boleh merasa puas dan cukup atas perbuatan-perbuatan baik yang sudah dilakukan. Kita perlu selalu meningkatkannya sebagai bentuk syukur atas kesempatan waktu yang diberikan Allah kepada kita untuk menambah nilai ibadah.

Sebab itulah yang akan menjadi penilaian Allah untuk memberikan rahmat-Nya kelak di akhirat: semakin berkualitas kebaikannya maka semakin besar peluang mendapatkan rahmat-Nya.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..

Tentu saja selain perbuatan baik, perbuatan buruk juga tidak kalah penting untuk dievaluasi. Dalam setahun terakhir ini, misalnya, kita seyogyanya merenungkan perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukan.

Perbuatan buruk di sini entah kepada Allah (artinya melanggar ketentuan-Nya) maupun kepada sesama makhluk (artinya melanggar hak-hak mereka).

Begitu juga perbuatan buruk di sini, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Semua jenis perbuatan buruk tersebut harus dievaluasi total sehingga kita menancapkan tekad yang bulat dalam sanubari agar tidak mengulangi lagi pada masa yang akan datang. Minimal kita bertekad untuk mengurangi dosa-dosa yang pernah dikerjakan pada masa lalu.

Sebagaimana diketahui bahwa kita selaku manusia tidak luput dari salah dan dosa. Artinya, kita tidak akan bisa menghindar dari kedua perbuatan tersebut. Namun yang bisa kita lakukan adalah niat untuk tidak melakukan kedua perbuatan tercela tersebut.

Niat seperti inilah yang akan membuat kita mudah sadar sehingga mudah juga untuk mendapatkan hidayah berupa bertaubat. Nabi Muhammad saw pernah bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Artinya: “Semua bani Adam (pasti) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (segera) bertaubat.” (HR. Ibnu Majah).

Melalui hadits ini Nabi hendak menegaskan fitrah manusia bahwa mereka pasti melakukan kesalahan. Hanya saja kesalahan ini akan diampuni bila melakukan taubat atau (minimal) memohon ampunan.

Maka dari itu, sekali lagi khatib mengajak untuk mengevaluasi seluruh perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukan dalam satu tahun ini, terutama dosa-dosa yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari.

Mulai saat ini hendaklah bertekad untuk mengurangi bahkan syukur-syukur meninggalkan perbuatan-perbuatan terlarang tersebut, baik yang kecil maupun yang besar.

Dengan demikian hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..

Melalui momen pergantian tahun Islam ini, kita sambut dengan penuh syukur atas kesempatan yang diberikan Allah kepada kita sekaligus meningkatkan kualitas ibadah-ibadah yang telah dilakukan selama ini.

Begitu juga alangkah baiknya kita menjadikan momen ini sebagai ajang untuk berlomba-lomba dalam bertekad menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Baik dalam ibadah individu maupun dalam ibadah sosial. Sebab bila timpang antara keduanya maka pada sejatinya belum menjadi pribadi yang baik yang utuh.

Semoga dengan melalui muhasabah pada akhir tahun ini dapat menjadi perantara kita mendapatkan taufik dan hidayah Allah untuk memperbaiki dan meningkatkan ibadah-ibadah kita. Amin

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَ ﷲ… اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ …ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Teks khutbah ini ditulis oleh M. Syarofuddin Firdaus, Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah Ciputat.

Sumber : nu.or.id.***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News